Kendayakan – Kab. Tegal (22-07-2023) Mengajarkan anak-anak mengenai budayanya sama pentingnya seperti memberikan penghargaan pada dirinya sendiri. Melalui pemahaman terhadap budaya, anak akan lebih mengenal asal-usul bangsanya. Ini akan membentuk identitas yang kuat, memberi mereka kebanggaan, dan dorongan untuk berprestasi. Ketika dewasa, anak akan tetap mengingat akar budayanya dan merasa percaya diri dalam berinteraksi dengan budaya lain. Salah satu cara yang dapat memperkuat memori tentang kemegahan masa lalu bangsa adalah melalui pengenalan akan warisan budaya. Menghargai warisan budaya akan meningkatkan keyakinan diri, sehingga mereka dapat percaya diri menghadapi berbagai perubahan zaman, salah satunya adalah bersikap bijak pada kebudayaan asing yang membanjiri Indonesia. Seperti pernyataan Ir. Soekarno, “Jas Merah,” yang artinya jangan sekali-sekali melupakan sejarah merupakan salah cara untuk mengingatkan generasi muda agar menghormati sejarah dan kebudayaan bangsa sendiri. Bertolak pada latar belakang tersebut, mahasiwa sejarah berinisiatif mengajak siswa Sekolah Dasar (SD) untuk mengenal warisan budaya Indonesia secara lebih mendalam. Kegiatan itu, selain dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa tentang warisan budaya dan sejarah Indonesia, juga untuk menanamkan nilai-nilai toleransi beragama.
Kegiatan tersebut sekaligus juga dapat menjadi bagian integral dari perkembangan zaman, yang mampu menunjukkan bahwa masa kini bergantung pada jejak budaya masa lampau. Mirip dengan hukum sebab-akibat, pengenalan anak pada budaya mereka akan memberi mereka pelajaran berharga dan hikmah yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Semakin kuatnya arus globalisasi dikhawatirkan dapat membuat masyarakat Indonesia mulai meninggalkan kebudayaan yang dianggap kuno dan ketinggalan zaman. Maka dari itu, mahasiswa KKN Tim II Undip dari Prodi S1-Sejarah, yaitu Wiar Diasti Maharani pada Sabtu, 22 Juli 2023 memperkenalkan candi-candi Hindu Buddha di Jawa Tengah dengan pembelajaran kelas kreatif. Salah satu upaya untuk mewujudkan itu adalah dengan membuat dan menyusun mading kreatif. Adapun sasaran kegiatan adalah siswa/i kelas 6 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kendayakan 03, Kec. Warureja, Kab. Tegal. Langkah ini dilakukan dalam upaya experience and fun learning untuk menghindari kebosanan siswa-siswi dalam belajar sejarah.
Sebelum Menyusun mading, pembelajaran dilakukan dengan penjelasan materi melalui power point kreatif guna menarik perhatian anak-anak agar tidak bosan. Beberapa candi yang masuk dalam pembahasan antara lain Candi Mendut, Candi Gedongsongo, Candi Dieng, dan Candi Borobudur. Selanjutnya, siswa/i dibagi dalam beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok diberikan materi tentang satu candi Hindu atau Buddha.
“Kami memberikan anak-anak kertas origami untuk membuat berbagai hiasan berbentuk binatang, bintang, hati, bunga, dan sebagainya. Selanjutnya, mereka mulai menempelkan karya-karya mereka dan materi yang telah diberikan pada kertas manila. Acara selanjutnya adalah setiap kelompok belajar bersama dan membacakan hasil karya mereka ke depan kelas dengan dibantu oleh saya sebagai pembuat program.” Ungkap Rani.
Adapun pembuatan madding kreatif menghabiskan waktu kurang lebih sekitar 1,5 jam. “Dari kegiatan ini diharapkan agar generasi muda mengenal dan menghargai warisan budayanya, meningkatkan pemahaman siswa tentang candi-candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah, serta mengembangkan kreativitas siswa melalui pembuatan mading edukatif secara signifikan. Kegiatan semacam ini sebaiknya dilakukan secara berkala untuk terus meningkatkan pemahaman siswa tentang warisan budaya Indonesia dan menjaga keberlanjutan pendidikan budaya di sekolah. Kegiatan ini berhasil menciptakan suasana belajar yang interaktif dan menyenangkan bagi siswa SD Kendayakan 03. Mahasiswa sejarah Tim KKN II UNDIP berhasil mengajak siswa untuk lebih mengenal dan menghargai candi-candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah melalui pendekatan kreatif dan edukatif.” Pungkasnya.