CALL FOR PAPER
Tutup mata akan Asia Tenggara sebagai kawasan yang tidak terlibat dalam globalisasi perdagangan dunia adalah sesuatu yang ironis. Pendapat semacam itu tidak sesuai dengan fakta geografis dan sejarah perkembangan kegiatan perdagangan Asia Tenggara sebelum kedatangan orang Eropa. Karena faktor geografisnya, Jalur Rempah di kawasan Asia Tenggara didominasi oleh jalur perdagangan maritim. Jalur Sutra di laut terbentang dari Cina Selatan hingga Filipina, Brunei, Kepulauan Indonesia, Siam, Malaka, Ceylon, India, Persia, Mesir, Italia, Portugal, dan Swedia saat ini.
Wilayah Asia Tenggara baik daratan maupun kepulauan membentang di perairan tropis Samudra Hindia dan Pasifik, dari Asia Tenggara hingga Australia Utara, menjadikannya wilayah kepulauan terluas di dunia (Tangsubkul, 1984: 2-3). Fakta-fakta geografis ini memberikan pola dasar sejarah dan budayanya. Karakter kepulauan Asia Tenggara ini telah merangsang keragaman budaya dan, pada saat yang sama, menawarkan akses mudah ke pengaruh asing. Fakta bahwa wilayah ini menghasilkan banyak komoditas menarik para pedagang dan penakluk; akibatnya membuat daratan dan lautan menjadi medan pertempuran dari banyak kekuatan yang saling bersaing. Ini berarti bahwa signifikansi internasional kawasan ini didasarkan pada lokasi dan sumber dayanya. Mungkin sebanding dengan dua persimpangan besar pelayaran dunia lainnya, yaitu Panama dan Terusan Suez. Selain itu, signifikansi ekonomi kawasan ini disebabkan oleh banyaknya produksi komoditas yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara industri (Broek, 1942: 3).
Secara internal, sifat wilayah Asia Tenggara yang didominasi kepulauan juga menyebabkan variasi yang besar, yang paling penting adalah perbedaan alam yang berasal dari iklim dan aktivitas gunung berapi. Faktor-faktor ini sangat mempengaruhi tempat tinggal manusia dan perkembangan budaya. Pulau-pulau yang terletak di dekat garis khatulistiwa, seperti Sumatera, Kalimantan dan Papua, memiliki curah hujan yang melimpah sepanjang tahun, sedangkan pulau-pulau di bagian Tenggara Nusantara memiliki curah hujan yang lebih sedikit dan musim kemarau yang lebih panjang. Iklim di bagian tenggara mirip dengan Australia.
Menelusuri akar interkonektivitas dan kemitraan di dunia maritim Asia Tenggara.
Sub Tema
- Pengiriman dan perdagangan
- Pembajakan
- Kontak budaya dan sastra
- Bahasa dan komunikasi
- Pertahanan dan keamanan
- Politik (diplomasi, perang, pembajakan, kegiatan lintas batas, illegal fishing)
- Budaya maritim (pendidikan pada masyarakat pesisir dan pulau-pulau terpencil)
Konferensi ini akan dilaksanakan pada Rabu dan Kamis, 16-17 November 2016.
Keynote speech akan disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan RI
Pembicara yang diundang
- Peter Borschberg, M.A. (Universitas Nasional Singapura)
- Dr. James T. Collins (Universitas Nasional Malaysia/ UKM)
- Dr Hywel Coleman (Universitas Leeds)
- Hendrik E. Niemeijer, M.A. (Universitas Diponegoro)
- Yudha Tiyanto, M.A. (Sekolah Tinggi Kristen Trinitas)
- Connie Rahakundini (Lembaga Studi Maritim Indonesia)
Lokasi
Gedung Serba Guna Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Jl. Prof.Soedarto, S.H. Kampus Undip Tembalang
+6224 74680619
Untuk lebih jelasnya silahkan klik disini.